Monday, April 23, 2012

Perang Salib


 
Perang Salib (The Crusades War) adalah serangkaian perang agama selama hampir dua abad sebagai reaksi Kristen Eropa terhadap Islam Asia. Perang ini terjadi karena sejumlah kota dan tempat suci Kristen diduduki Islam sejak 632 M, seperti di Suriah, Asia Kecil, Spanyol, dan Sicilia. Militer Kristen menggunakan salib sebagai simbol yang menunjukkan bahwa perang ini dan bertujuan membebaskan kota suci  Baitul Maqdis (Yerusalem) dari orang Islam.  
           
Ada beberapa faktor yang memicu terjadinya Perang Salib. Adapun yang menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya Perang Salib ada tiga hal, yaitu agama, politik dan sosial ekonomi.
1.      Faktor Agama
Sejak Dinasti Saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan Dinasti Fathimiyah pada tahun 1070 M, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi menunaikan ibadah ke sana karena penguasa Saljuk menetapkan sejumlah peraturan yang dianggap mempersulit mereka yang hendak melaksanakan ibadah ke Batul Maqdis.
2.      Faktor Politik
Kekalahan Bizantium dan jatuhnya Asia Kecil ke tangan Saljuk mendorong Kaisar Alexius I Commenus (Kaisar Konstantinopel) untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus II utnuk mengembalikan kekuasaanya di daerah pendudukan Dinasti Saljuk. Paus Urbanus II bersedia membantu Bizantium karena adanya Kaisar Alexius berjanji untuk tunduk kepada Paus. Di lain pihak, kondisi kekuasaan Islam waktu itu melemah sehingga keadaan ini dimanfaatkan oleh umat Kristen Eropa untuk merebut wilayah Islam dengan berani mengambil bagian dalam Perang Salib.
3.      Faktor Sosial Ekonomi
Para pedagang di pantai Timur Laut Tengah bersedia untuk menanggung dana dari Perang Salib dengan tujuan jika umat Kristen menang maka mereka dapat memperluas wilayah perdagangan mereka. Selain itu, pada saat itu status sosial dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kaum gereja, kaum bangsawan serta kesatria, dan rakyat jelata. Kehidupan rakyat jelata yang tertindas membuat mereka bersedia untuk ambil bagian dalam Perang Salib karena mereka telah dijanjikan untuk diberikan kebebasan dan kemakmuran.
            Para sejarawan berbeda pendapat dalam menetapkan periodesasi Perang Salib. Prof. Ahamd Syalabi dalam At-Tarikh Al-Islami wa Al-Hadharat Al-Islamiyyah misalnya, membagi periodesasi Perang Salib itu atas tujuh periode. Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M.A, bahwa Perang Salib dibagi dalam tiga periode. Menurut Philip K. Hitti, dalam The Arabs A Short History, pembagian Perang Salib yang lebih tepat adalah sebagai berikut:
1.      Periode penaklukan (1096-1144 M)
Kerjasama antara Kaisar Alexius I dan Paus Urbanus II berhasil membangkitkan semangat umat Kristen  untuk mempersiapkan berbagai bantuan untuk mengadakan penyerbuan. Hasan Ibrahim Hasan dalam Tarikh Al-Islam, menggambarkan gerakan yang dipimpin oleh Piere I’Ermite ini diikuti oleh rakyat jelata yang belum mempunyai pengalaman dalam berperang. Sepanjang perjalanan berperang mereka malah membuat keonaran dan bentrok dengan penduduk Hongaria dan Bizantium sampai akhirnya pasukan Salib dapat dikalahkan oleh Dinasti Saljuk. Kemudian pada peperangan berikutnya dipimpin oleh Godfrey of Boulion yang dinilai terorganisasi lebih rapi. Akan tetapi pada akhirnya pasukan Perang Salib kalah dikarenakan kedatangan pahlawan Islam dari Mousul, Imaduddin Zanki.

2.      Periode  reaksi umat Islam (1144-1192 M)
Wafatnya Imaduddin Zanki, membangkitkan anaknya Nuruddin Zanki untuk meneruskan perjuangan sang ayah dalam berjihad membela Islam. Nuruddin berhasil merebut wilayah jajahan Kristen yaitu Antiochea pada 1149 M dan Edessa pada 1151 M. Hal inilah yang membuat Paus Eugenius III mengobarkan Perang Salib kedua. Dalam perang ini, pemimpin umat Islam digantikan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi yang akhirnya dapat menduduki kota Yerusalem. Umat Kristen akhirnya melakukan penyerangan lagi dengan pemimpin Frederick Barbarossa dari Jerman, Richard The Lion Hart dari Inggris dan Philip Augustus dari Perancis. Dalam periode ini mereka melakukan perjanjian dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh Ar-Ramlah yang isinya orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan diganggu.
3.      Periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran dalam pasukan salib (1192- 1291 M)
Tentara salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir terlebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan mendapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibti dan pada akhirnya berhasil menduduki kota Dimyat. Raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, Al-Malikul Kamil membuat perjanjian dengan Frederick. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin pada tahun 1247 M, di masa pemerintahan Al-Malikush Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Dalam periode inilah sejarah munculnya pahlawan wanita Islam yaitu Syajar Ad-Dur yang berhasil menghancurkan pasukan Raja Louis IX dan menagkapnya. Dia juga menunjukkan kebesaran hatinya dalam membebaskan Raja Louis IX untuk kembali ke Perancis.
            Demikianlah Perang Salib yang terjadi dimana umat Kristen selalu menderita kekalahan. Meskipun kalah, umat Kristen tetap mendapatkan hikmah yang luar biasa diantaranya mereka membawa kebudayaan dari Timur-Islam ke Barat terutama dalam bidang militer, seni, perindustrian, perdagangan, pertanian, astronomi, kesehatan, dan kepribadian. Umat Islam meskipun telah berhasil mempertahankan daerahnya dari tentara salib tetap saja menderita kerugian yang sangat besar yang menyebabkan kekuatan politik kaum muslimin menjadi melemah.

Sumber:
Amin, Samsul Munir.2009.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:Amzah.

2 comments:

  1. Perang Salib bukan perang agama. :)

    ReplyDelete
  2. Ni yang versi Islam...
    Based on the book that I've read...
    Hemmm...

    ReplyDelete