Bangsa
Arab memiliki akar panjang dalam sejarah, mereka termasuk ras atau rumpun
bangsa Caucasoid, dalam subras Mediteranian yang anggotanya meliputi wilayah
sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabia dan Irania. Bangsa Arab
hidup berpindah-pindah atau nomaden karena tanahnya terdiri atas gurun pasir
yang kering dan sangat sedikit turun hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat
ke tempat lain mengikuti tumbuhnya stepa atau padang rumput yang biasanya
diperlukan oleh bangsa Arab disebut juga bangsa Badawi, Badawah, atau Badui
untuk menggembala ternak berupa domba, unta dan kuda sebagai binatang
unggulannya. Penduduk Arab tinggal di kemah-kemah dan hidup berburu untuk
mencari nafkah, bukan bertani dan berdagang yang tidak diyakini sebagai
kehormatan bagi mereka, memang negeri ini susah ditanami dan diolah tetapi
wilayah ini sangat subur dalam menghasilkan bahan perminyakan.
Dalam
pembicaraan tentang wilayah geografis yang didiami bangsa Arab sebelum Islam,
orang membatasi pembicaraan hanya pada Jazirah Arab, padahal bangsa Arab juga
mendiami daerah-daerah sekitar Jazirah. Sebagian besar daerah Jazirah adalah
padang pasir Sahara yang terletak di tengah dan memiliki keadaan dan sifat yang
berbeda-beda, karena itu, ia bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Sahara Langit,
memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180 mil dari timur ke barat,
disebut juga Sahara Nufud. Oase dan
mata air sangat jarang, tiupan angin seringkali menimbulkan kabut debu yang
mengakibatkan daerah ini sukar ditempuh.
2. Sahara Selatan, yang
membentang menyambung Sahara Langit ke arah timur sampai selatan Persia. Hampir
seluruhnya merupakan dataran keras, tandus, dan pasir bergelombang. Daerah ini
juga disebut dengan Ar-Rub’ Al-Khali
(bagian yang sepi).
3. Sahara Harrat,
suatu daerah yang terditri atas tanah Hat yang berbatu hotam bagaikan terbakar.
Gugusan batu-batu hitam itu menyebar di keluasan Sahara ini, seluruhnya
mencapai 29 buah.
Peradaban
Arab adalah akibat pengaruh dari budaya bangsa- bangsa disekitarnya yang lebih
dahulu maju daripada kebudayaan dan peradaban Arab. Pengaruh tersebut masuk ke
Jazirah Arab melalui beberapa jalur, yaitu: 1.) melalui hubungan dagang dengan
bangsa lain, 2.) melalui kerajaan-kerajaan protektorat, Hirah, dan Ghassan dan
3.) masuknya misi Yahudi dan Kristen. Walaupun agama Yahudi dan Kristen sudah
masuk ke Jazirah Arab, bangsa Arab masih tetap menganut agama asli mereka yaitu
menyembah berhala sebagai dewa mereka.
Orang-orang
Arab adalah orang-orang yang bangga, tetapi sensitif. Kebanggan itu disebabkan
bahwa bangsa Arab memiliki sastra yang terkenal, kejayaan sejarah Arab, dan
mahkota bumi pada masa klasik dan bahasa Arab sebagai bahasa ibu yang terbaik
di antara bahasa-bahasa lain di dunia. Beberapa sifat lain bangsa Arab
pra-Islam adalah sebagai berikut:
1. Secara
fisik, mereka lebih sempurna dibanding orang-orang Eropa salam berbagai organ
tubuh,
2. Kurang
bagus dalam pengorganisasian kekuatan
dan lemah dalam penyatuan aksi,
3. Faktor
keturunan, kearifan, dan keberanian lebih kuat dan berpengaruh,
4. Mempunyai
struktur kesukuan yang diatur oleh kepala suku atau clan,
5. Tidak
memiliki hukum yang reguler, kekuatan pribadi, dan pendapat suku lebih kuat dan
diperhatikan.
6. Posisi
wanita tidak lebih baik dari binatang, wanita dianggap barang-barang dan hewan
ternak yang tidak mempunyai hak. Setelah menikah, suami sebagai raja dan penguasa.
Dalam
bidang hukum, Mushthafa Sa’id Al-Khinn sebagaimana dikutip oleh Jaih Mubarok
menyebutkan bahwa bangsa Arab pra-Islam menjadikan adat sebagai hukum dengan
berbagai bentuknya. Dalam perkawinan, mereka mengenal beberapa macam
perkawinan, diantaranya:
1. Istibdha’,
yaitu seorang suami meminta kepada istrinya untuk berjimak dengan laki-laki
yang dipandang mulia atau memiliki kelebihan tertentu agar keturunannya
mewarisi sifat yang dimiliki laki-laki yang disarankan untuk berjimak tersebut.
2. Poliandri,
yaitu beberapa laki-laki berjimak dengan seorang perempuan.
3. Maqthu’,
yaitu seorang laki-laki menikahi ibu tirinya setelah bapaknya meninggal dunia.
4. Badal,
yaitu tukar-menukar istri tanpa bercerai terlebih dahulu dengan tujuan untuk
memuaskan hubungan seks dan terhindar dari bosan.
5. Shighar,
yaitu seorang wali menikahkan anak atau saudara perempuannya kepada seorang
laki-laki tanpa mahar.
Selain
itu, bangsa Arab yang terorganisir berdasarkan suku, sering terlibat peperangan
dan pertumpahan darah. Oleh karena itu, uraian singkat diatas menunjukkan bahwa
kondisi sosial Arab meskipun cenderung primitif, memiliki nilai peradaban yang
tinggi. Bahkan meminjam istilah Goldziher, meskipun bangsa Arab cenderung barbarisme, bukan jahiliyah (bodoh, dungu, dan awam).
Sumber:
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
No comments:
Post a Comment